Sinopsis dan Review The Blue Whisper: Antara Cinta dan Dusta

Lama banget nggak nonton drama xianxia bagus. Setelah lama berusaha menamatkan, akhirnya saya selesai juga nonton The Blue Whisper. Untuk yang masih penasaran sama endingnya yang membingungkan, baca sampai habis, ya 😉


the blue whisper

  

 

The Blue Whisper adalah drama xianxia (kisah fantasi Tiongkok yang melibatkan makhluk immortal) sebagai pahlawan. Untuk konsep ini, The Blue Whisper sangat solid. Tidak hanya mengedepankan kisah cinta penuh tragedi hidup-mati, The Blue Whisper juga menghadirkan patriotisme para makhluk abadi/xian dalam melindungi dunia.   

 

The Blue Whisper

  Judul asli: 驭鲛记 / Yu Jiao Ji / Catatan Harian Duyung

  Genre: Xianxia, romance

  Tayang di: Youku, Croton Mega Hits, Huace Croton Indonesia

 

 

Pemain:

 

Dilireba sebagai Ji Yunhe (disuarakan oleh Qiao Shi Yu)

Ke Li Si Di Na (克里斯蒂娜) sebagai Ji Yunhe / Ah Ji (muda) (disuarakan oleh Yu Xiao Zhou)

 

Ren Jia Lun sebagai Chang Yi (disuarakan oleh by Zhang Jie)

 

Xiao Shun Yao sebagai Lin Haoqing (disuarakan oleh by Shi Ze Kun).

        Xiao Tian Ren sebagai Lin Haoqing (muda) (disuarakan oleh by Meng Zi Yan)

Hu Yi Xuan sebagai Luo Jinsang (disuarakan oleh Liu Qing)

    Fan Zhen sebagai Xue Sanyue (disuarakan oleh He Wen Xiao)

    Ci Sha as Li Shu (disuarakan oleh Liu Si Cen)

 

Kru produksi:

    Cerita asli: Yu Jiao Ji (驭鲛记) by Jiu Lu Fei Xiang

    Sutradara: Zhu Rui Bin

    Asisten sutradara: Gu Zhi Wei, Lan Zhi Wei

    Screenwriter: Li Jing Ling, Jiang Lai (江莱), Lu Xiao Dan (卢晓丹), Qian Shi (乾诗)

    Produser: Yang Liu (杨柳)

    Executive Producer: Liu Zhi, Xie Ying, Wang Ying (王莹), Li Dong (李东), Liu Jia Li (刘佳莉)

    Presenter: Zhao Yi Fang, Fu Bin Xing, Meng Jun (孟钧)

    Style Director: Chen Tong Xun

    Art Director: Shao Chang Yong

    Music Director: Sa Ding Ding

    Company: Croton Media, Youku

 

Sinopsis:

 

Bagian Satu

Judul: 与君初相识 /Pertemuan Pertama Sangatlah Berkesan

Jumlah Episode: 22

 

Dikisahkan, Pangeran Duyung Chang Yi ditangkap oleh Bidadari Shunde dan dibawa ke Lembah Wanhua. Di lembah ini hidup para master spirit yang bertugas mengawasi dan menindak para spirit. Di sinilah awalnya Ji Yunhe meminta agar ikut mencoba ‘menjinakkan’ Chang Yi. Bidadari Shunde kemudian meminta agar Lembah Wanhua memenuhi tiga permintaannya: pertama, ia ingin si duyung bisa bicara, kedua, dia ingin ekor si duyung dan mutiaranya, ketiga, dia ingin duyung itu menghamba dan mengabdi padanya.

Dari sini, kita sudah bisa menebak bagaimana karakter Shunde 😁

 

The Blue Whisper
Shunde penjahat sinetronnya 😁



Karena Lembah Wanhua sepenuhnya dikendalikan oleh Shunde dan Guru Agungnya, mau tidak mau mereka berusaha memenuhi permintaan Shunde. Maka kisah kelabu antara Ji Yunhe dan Chang Yi pun dimulai. Berawal dari ingin menjinakkan dan melatih Chang Yi, Ji Yunhe malah jatuh hati pada kepolosan Chang Yi. Sayangnya, takdir tidak berada di pihak mereka.

 

The Blue Whisper
Sumber gambar: Youku

 

Part 2

Judul : 恰似故人归 / Kembalinya Kenalan Lama

Jumlah Episode : 20

Setelah hubungan berdasarkan kebohongan itu hancur, Chang Yi menangkap Ji Yunhe dan mengurungnya di sebuah paviliun. Saat ini, Ji Yunhe sudah amat sekarat. Chang Yi berusaha sekuat tenaga mempertahankan umur Ji Yunhe, meski Ji Yunhe sendiri sudah amat depresi dan takut Chang Yi semakin menderita karenanya.

Sementara itu, sinyal perang dari Alam Langit mulai kencang berkumandang. Chang Yi yang saat ini menjadi pimpinan para makhluk abadi berkali-kali dihadapkan pada situasi sulit. Guru Agung dan Bidadari Shunde sudah amat meresahkan jagad. Mereka semua bekerja sama dengan Raja Langit berusaha mencari cara untuk menggulingkan sang Guru Agung.

 

The Blue Whisper
Chang Yi benar-benar mencintai Ji Yunhe

 

 

Review

Setelah lama dibuat bosan dengan xianxia yang begitu-begitu saja, akhirnya muncul juga xianxia dengan konsep yang lumayan segar. World buildingnya sudah terasa solid dari awal. Adanya berbagai suku spirit, master spirit Desa Wanhua, dan para xian (仙) dihadirkan dengan penjelasan berimbang. Prolognya tidak bertele-tele seperti xianxia yang mengenalkan worldbuilding panjang di episode satu. Justru world buildingnya disajikan secara bertahap di season satu. Bagi yang tidak biasa menonton xianxia atau cerita fantasy, menonton 10 episode awal mungkin melelahkan. Perkenalan tokoh yang cukup banyak, adanya berbagai intrik, hingga porsi angst yang cukup banyak cukup menguras pikiran.

Buat saya sendiri, season 1 memang cukup melelahkan. Namun, saya capeknya karena tidak tega melihat kepolosan Chang Yi. Tambahan lagi, karena suara Ajie, suara Chang Yi mirip banget sama suara Bai Qi (iyalah, voice actornya sama) saya sering kedistrak antara Chang Yi dan Bai Qi.

 

Baca juga:

Sinopsis dan Review Journey of Flower: Kisah Cinta Menentang Dunia

 

Lanjut ke season 2, porsi romance dan perangnya sudah semakin intens. Maklum, fondasi cerita sudah mantap dibangun di season satu. Saran saja buat yang mengidap depresi, ada baiknya menghindari episode-episode awal. Keputusasaan Ji Yunhe dan pikiran pasif suicidenya bisa bikin ketrigger.

Semakin ke belakang, cerita berkembang semakin intens dan penuh darah. Nah, SAYANGNYA, kisah kolosal yang seharusnya bisa sempurna ini berakhir dengan ending yang ambigu (kalau tidak bisa dibilang buruk).

Saya sempat berpikir apakah memang ending kisahnya menerapkan open ending yang cenderung meminta penonton menafsirkan sendiri. Ternyata, setelah ditelusuri, ending ceritanya memang cacat. Saya mencoba membandingkannya dengan novel asli. Ending di novel aslinya adalah Lin Haoqing menggandakan meridian Ji Yunhe seperti saat dia membuat Aji, lalu sosok Ji Yunhe ini (yang mengandung spirit Shunde) dibuang ke jurang.

Kalau dilihat dari sini, ini memang tidak memungkinkan karena Lin Haoqing sendiri di drama dirasuki iblis lalu jatuh setelah ditusuk.

Chendra Laoshi kemudian menemukan potongan skenario yang konon merupakan naskah yang akhirnya tidak dipakai. Saya melihat ini dan merasa inilah bagian yang paling tepat untuk mengisi ending yang cacat itu.

 

 


 

Draft II Skenario drama 40 seri Yujiao Ju (Catatan Harian Duyung)

Duyung itu menghela napas seraya melihat lukisan dari si gadis.

CY (VO): Sementara menunggu si gadis kembali, pangeran duyung mulai belajar memasak, dia larut dalam kesibukan mengukus, menggoreng, dan merebus. Duyung itu memegang bahan-bahan, tersenyum di antara kukusan, wajan tumis, dan wajan penggorengan.

CY (VO): Jika dia bisa membuat gadis itu bahagia, dia bahkan akan rela menjadi sepotong daging di mulutnya lalu terjatuh dengan mantap ke perutnya, dengan demikian mereka takkan berpisah lagi. Duyung itu duduk di panci rebusan besar, dengan hati-hati dan seksama dia menggosok tubuhnya dengan penggosok sabun. Duyung itu melemparkan kail lurus tanpa umpan di tepi tebing pantai.

CY (VO): Si duyung memancing hari demi hari tapi tidak pernah menangkap apapun. Meski demikian, duyung itu tidak pernah putus asa. Layaknya tahun-tahun yang menanti, dia tak pernah ragu kalau si gadis akan menepati janji mereka berdua. Orang-orang minum-minum, menyipitkan mata memandang mentari bundar di lautan seraya menyenandungkan balada sang duyung dengan lembut.

CY (VO): Tiba-tiba, pancing terbenam, seekor duyung terpancing, dan gadis itu melompat dari laut, melayang-layang di udara, menyilaukan seperti matahari. Si gadis menoleh dan memberikan senyuman menawan bagi duyung itu. Pangeran duyung terpana dan tidak bisa percaya pada apa yang dilihatnya. Si gadis terbang melesat ke arah pangeran duyung, dan pengeran itu pun menangkap si gadis dengan mantap.

CY (VO): Angin berembus dari laut, seperti sahabat lama yang datang kembali. Di pesisir pantai samudera timur, Chang Yi dan Yunhe duduk di tepi tebing, di atas beribu-ribu ombak.

CY (VO): Bagaimana kau bisa memiliki ekor ikan juga?

Ji Yunhe: Permata duyungmu telah melindungiku di tanah. Selama tiga ratus tahun, kekuatan spiritual dan fisikku telah berubah. Dengan anehnya ekor rubah menjadi ekor ikan. Lalu kau sendiri, setelah kau pulih, pernahkah kau berubah kembali menjadi berekor ikan?

Chang Yi: Aku belum pernah mencobanya. Aku ingin menunggumu kembali, agar kau menjadi orang pertama yang melihatnya.

Ji Yunhe: Bukankah sekarang saat yang baik? Ikan Ekor Besar, kembali berekor, apakah kau bersedia melepas celanamu?

Chang Yi tersipu dan malu untuk berpaling memandang Ji Yunhe, Ji Yunhe tersenyum puas. Dia melihat ke laut dan menghidu angin laut dengan nyamannya.

 

Ji Yunhe: Dulu aku bertanya-tanya bagaimana kamu bisa begitu polos, tapi sekarang aku mengerti bahwa itu karena laut ini.  Melihat laut ini, aku merasa bahwa segala sesuatu yang lain begitu tidak berarti, seolah-olah semua pasang surut di masa lalu tidak relevan lagi. Lautan luas, langit terbentang. Akhirnya, kita bebas.

Keduanya saling tersenyum di pantai dan saling mengepalkan tangan. 

Ji Yunhe: Ayo, mari kita coba ekornya bersama-sama. Kali ini, mari kita lihat siapa di antara kita yang bisa berenang lebih cepat!

Dua orang melompat ke udara dan berubah menjadi dua ekor ikan berwarna-warni, tercermin dalam siluet matahari.

 

The Blue Whisper
Jadi ambigu karena ada adegan yang hilang

 

Overall, ada banyak hal yang saya sukai dan tidak sukai dari drama ini. Yang paling saya suka tentu konsep dan romancenya yang bold dan solid. Beberapa adegan juga merupakan perbaikan dari drama xianxia pada umumnya. Misalnya Raja Langit yang biasanya kakek/bapak-bapak tukang suruh-suruh dan hukum sekarang dibuat sebagai pemuda yang  ikut berperang. 

 

The Blue Whisper

 

 

Ji Yunhe juga mendapat jatah menyamar jadi lelaki. Namun, adegan ini diperkuat dengan mantra sihir ilusi. Jadi, penonton tidak 'dipaksa' menerima fakta MC yang nggak ada tampang laki bisa nyamar jadi laki. 


The Blue Whisper



Saya juga mengapresiasi detail-detail kecil seperti lampion bentuk gurita dan bintang laut, sulaman berbentuk sisik ikan, dan tusuk rambut Chang Yi yang mirip ekor ikan mas.

 

the blue whisper
Lampion di pernikahan Chang Yi

 

the blue whisper
Asap pun bentuknya ikan

 

Yang saya tidak suka selain ending kedodoran itu adalah porsi hidup-mati yang overdosis. Sepertinya sutradara/penulis skenario suka sekali membuat adegan mati terus hidup lagi, mentang-mentang ini xianxia. Padahal, dalam perang, beberapa orang gugur itu biasa. Jika saja Lin Haoqing diceritakan betul-betul mati, pengorbanannya akan terasa lebih heroik. Demikian juga kalau Luo Jinsang dibuat luka parah saja, tak usahlah membuat adegan seolah dia mati. Seandainya Kong Ming berperang seraya membawa Luoluo-nya, saya rasa itu akan lebih gagah berani. Ya, kan?

 

Kisah Xianxia yang lebih ceria:

Love and Destiny: Ketika Dewa Kompakan Ngebucin

 

Yang pasti, buat penggemar drama xianxia, The Blue Whisper ini wajib banget ditonton. Tapi, buat yang nggak tahan sama angst dan cinta berujian hidup-mati, sebaiknya cari drama lain saja.

 

the blue whisper

 

 

 

Penilaian akhir:

 

The Blue Whisper

 

 

Konsep cerita dan worldbuilding: 10/10

Plot: 6/10

Karakterisasi: 9/10

Dialog: 8/10

Romance: 9/10

Casting: 9/10

Kostum: 8/10

Sinematografi: 10/10

Musik: 10/10

Ending: 5/10

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kedai Kopi Butter: Kafe Hits Denpasar Rasa Kopitiam Singapore

Sinopsis dan Review Drama China The Blood of Youth: Drama Paling Ditunggu Tahun Ini!

Ini Dia Pasar Termodern di Denpasar: Pasar Galang Ayu!